CONTOH PROPOSAL DARI BPK
Nama :
|
SUDIRMAN, ST
|
Tempat/Tgl lahir :
|
BIMA 09 September 1980
|
Agama :
|
Islam
|
Alamat :
|
Desa : Dena Kec : Mada pangga RT13/05 No.23 - BIMA NTB
|
Pekerjaan :
|
Wiraswasta
|
Telpon :
|
087760911117 / 081330911117
|
Email :
|
dirmanpropertidepok@gmail.com
|
Riwayat Pendidikan:
|
SDN 1 Dena
SMP MUHAMMADYAH DENA SPP/ SPMA NEGERI KOTA BIMA NTB UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA - JAKARTA |
Kelompok binaan :
|
CV. PUTRA MANDIRI SEJAHTERA
|
Mulai membina :
|
2011 – sekarang
|
Perananan Pendampingan :
|
Pendamping kelompok ternak membantu dan sebagai fasilitator dalam hal sebagai berikut :
1. Pemilihan bibit sapi yang baik.
2. Pemilihan jenis pakan dan cara pemberian pakan yang sehat.
3. Kandang yang sehat.
4. Kesehatan ternak.
5. Ikut mengurus pembayaran dari pembeli bila mengalami kesulitan/manajemen pemasaran.
6. Membantu anggota kelompok tani dalam hal bernegosiasi dengan pembeli dan penjual ternak.
7. Membantu anggota kelompok ternak dalam pengenalan dan penerapan teknologi dan inovasi dalam beternak.
8. Bersama penyuluh dan dinas terkait memberikan pendidikan dan pelatihan teknis manajemen beternak.
|
POTENSI
USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI
DI
MANGGARAI BARAT
DESA SIRU, KECAMATAN LEMBOR, KABUPATEN MANGGARAI BARAT
NUSA
TENGGARA TIMUR
2012
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Saat
ini impor daging dan sapi bakalan sangat besar, sekitar 30 persen dari
kebutuhan daging nasional. Bahkan ada kecenderungan volume impor terus
meningkat yang secara otomatis akan menguras devisa negara sangat besar. Bila
kondisi ini tidak diwaspadai, hal ini dapat menyebabkan kemandirian dan
kedaulatan pangan hewani khususnya daging sapi semakin jauh dari harapan, yang
pada gilirannya berpotensi masuk dalam food trap negara eksportir.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan hewani asal
ternak yang berbasis sumberdaya domestik, pemerintah kembali mencanangkan
program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 (PPSDS-2014). Keberhasilan program swasembada daging
sapi 2014 akan sangat tergantung kepada partisipasi penuh stakeholders peternakan, sehingga bagaimanapun baiknya program yang
disusun tidak akan berhasil tanpa partisipasi masyarakat peternak dan para
pelaku peternakan sapi potong lainnya
Usaha pengembangan ternak sapi potong
cukup mampu memberi manfaat ekonomi bagi peternak rakyat. Sapi biasanya
diternakkan oleh para petani di desa-desa secara tradisional, seperti yang dilakukan
di Desa Siru, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat. Di desa Siru inilah
letak kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru berada. Seluruh masyarakat hidup
dari lahan pertanian dan sebagian penduduk yang bekerja di bidang pertanian
memiliki ternak sapi atau kerbau yang dijadikan sebagai penghasilan sampingan
yang sangat menunjang kebutuhan ekonomi mereka. Setiap rumah tangga biasanya
dapat memelihara 2 (dua) sampai 5 (empat) ekor sapi dengan baik.
Peluang pasar ternak sapi potong di
Manggarai Barat cukup tinggi. Walaupun demikian, petani ternak sapi potong di Siru
perlu memperoleh bantuan dalam meraih peluang pasar tersebut dengan mengatasi
beberapa kendala yang dihadapi. Salah satu kendala yang saat ini dialami adalah
kurangnya modal petani dalam rangka peningkatan jumlah skala usaha ternak
melalui pengadaan bibit atau bakalan. Belakangan ini harga bibit sapi sangat
tinggi, sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat petani yang berpendapatan
rendah. Kendala yang lain adalah ketidak pastian berat ternak yang menjadi
dasar penentuan harga, dan kepastian pembayaran ternak yang dijual.
Kondisi ini tentu membutuhkan perhatian
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk mengatasi kendala kurangnya modal dari
petani. Dengan demikian dapat membantu peternak dalam rangka peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan dan ketahanan pangan secara nasional- pun dapat tercapai.
B.
TUJUAN
Tujuan pengembangan usaha peternakan adalah sebagai
berikut:
1.
Mengembangkan
usaha peternakan yang berorientasi pada peningkatan kualitas dan kuantitas sapi.
2.
Meningkatkan sistem
pemeliharaan ternak sapi secara profesional.
3.
Meningkatkan
kemampuan anggota kelompok ternak dalam mengembangkan teknologi pengelolaan
ternak secara terpadu, untuk mendapatkan nilai tambah keunggulan daya saing.
4.
Meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan anggota kelompok ternak.
5.
Meningkatnya
populasi ternak sapi di Kecamatan Lembor.
6.
Menciptakan lapangan
kerja baru bagi anggota kelompok ternak dan keluarganya.
7.
Meningkatkan
kerjasama antara anggota untuk kemanfaatan bersama.
8.
Diberikannya
bantuan modal usaha untuk pengadaan bibit sapi kepada anggota kelompok ternak
Harapan Sejahtera-Siru.
C.
SASARAN
1.
Mengurangi
ketergantungan petani ternak hanya pada usaha pertanian lahan.
2.
Memanfaatkan
limbah tanaman untuk makanan ternak dan penanaman pakan ternak dengan cara
tumpang sari pada lahan-lahan pertanian yang ada.
3.
Meningkatkan
produksi daging sapi yang berkualitas.
4.
Dapat
memproduksi hasil ikutan lainnya, seperti pupuk kompos, daging olahan, dan
lain-lain.
5.
Meningkatkan
harga jual sapi.
6.
Meningkatkan
daya beli masyarakat.
POTENSI WILAYAH
DAN FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN USAHA
Desa
Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat merupakan daerah yang cukup
ideal untuk pengembangan Agribisnis Sapi Bali karena didukung oleh beberapa
faktor antara lain:
A.
Daya dukung wilayah
Total luas wilayah
Kecamatan Lembor adalah 53.065 hektar, keadaan iklim basah, dengan total curah
hujan rata-rata 2.292 mm/tahun. Secara umum wilayah desa Siru kecamatan Lembor tergolong wilayah
dataran rendah (100-500 dpl). Tingkat kelerengan lahan berkisar antara 2-15%,
dan sebagian besar (40,21%) wilayahnya belum dimanfaatkan. Sementara itu sumber
air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air masyarakat sepanjang tahun. Agro-ekosistem
didominasi oleh padang penggembalaan yang dapat mencukupi kebutuhan.
Usaha pertanian padi sawah merupakan pekerjaan
pokok penduduk desa Siru. Selain itu, untuk menambah pendapatan rumah
tangganya, petani juga memelihara ternak sapi dan kerbau. Dinamika kehidupan bermasyarakat berjalan baik
dengan sangat mengedepankan prinsip kekeluargaan, gotong royong dan saling
menghargai sesama. Dapat juga dikemukakan bahwa etos kerja petani di Desa Siru
cukup tinggi sehingga berpotensi untuk terus dimotivasi agar produktivitas
usaha taninya terus mengalami peningkatan.
B. Daya dukung sumberdaya ternak
Dalam
perjalanan waktu hampir satu abad sapi Bali tetap eksist di Bumi NTT. Hal ini
menunjukkan bahwa sapi Bali sudah sesuai atau cocok (adaptif) dengan kondisi agro ekosistem di NTT. Data BPS Manggarai Barat
2010, populasi ternak sapi di Kecamatan Lembor tahun 2010 berjumlah 2.300 ekor,
sedangkan kerbau mencapai 2.899 ekor. Dalam rangka pengadaan bibit dan bakalan
selama ini tidak kesulitan oleh karena ketersediaan bibit di Kecamatan Lembor
maupun wilayah sekitarnya terbilang mudah dan mencukupi.
C.
Daya dukung sumber daya manusia
Secara
tradisional ternak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem usaha
tani yang tidak terpisahkan dengan kehidupan petani. Perilaku seperti ini tidak
lepas dari tujuan petani memelihara sapi yaitu sebagai tabungan (yang paling
utama), sebagai tenaga kerja pengolahan lahan, sebagai sumber penghasilan untuk
kebutuhan sehari-hari, untuk biaya naik haji dan sebagai sumber penghasilan
setengah tahunan (penggemukan) serta alasan-alasan lain. Sebagian besar petani di desa
Siru memelihara ternak sapi dan atau kerbau dengan baik dan kepemilikan
rata-rata berkisar 2-5 ekor.
D.
Daya dukung
ketersediaan pakan
Beberapa potensi sumberdaya yang
terdapat di Kecamatan Lembor salah satunya dapat dilihat dari ketersediaan
pakan hijauan dari padang penggembalaan dan rumput sekitar areal pertanian
serta limbah pertanian (jerami) yang cukup tinggi. Menurut data-data yang
diolah, analisis Curring capacity
yang dilakukan, menunjukkan bahwa ketersediaan hijauan dan jerami padi
per-tahun di Kecamatan Lembor dapat mencukupi kebutuhan 13.000 unit ternak,
sementara populasi ternak besar (sapi dan kerbau) di Kecamatan Lembor menurut
BPS Manggarai Barat tahun 2010 hanya berjumlah 5.199 ekor. Selain itu potensi hasil
sampingan (ikutan) dari tanaman pangan lainnya sebagai sumber pakan, jerami
jagung, dan bungkil kacang juga tersedia sepanjang tahun.
Pakan
penguat seperti dedak padi, ampas tahu dan jagung mudah diperoleh melalui
penggilingan padi dan pabrik-pabrik tahu yang ada, atau dapat dibeli di pasar. Konsentrat
hasil dari pabrikpun mudah dibeli dari toko pakan ternak yang ada dan apabila
pembelian dalam partai besar tentunya kan memperoleh harga yang lebih murah dan
atau secara manual peternak membuat sendiri dengan bahan baku yang ada.
E.
Dukungan ketersediaan teknologi
Teknologi
untuk mendukung pengembangan agribisnis sapi Bali cukup tersedia, baik untuk
pembibitan maupun penggemukan, baik berupa paket teknologi maupun komponen
teknologi. Perkembangan teknologi informasi yang semakin merambah wilayah
perdesaan di tanah air memudahkan petani untuk mengakses teknologi dan
inovas-inovasi yang memberikan manfaat bagi usaha tani.
F.
Permintaan pasar
Pasar
untuk sapi sangat baik, permintaan dari konsumen lokal maupun antar pulau terus
meningkat. Pemotongan ternak yang tercatat selama dua tahun terakhir
menunjukkan peningkatan. Data BPS 2009 menunjukkan total pengeluaran ternak
sapi tahun 2008 meningkat 48% dari tahun 2007 yang mencapai 231 ekor. Sedangkan
total pemotongan resmi ternak sapi tahun 2008 mencapai 118 ekor. Sebagian besar ternak sapi
dan kerbau dijual ke daerah NTB dan Sulawesi.
G.
Faktor pendukung lainnya.
·
Keamanan Ternak
Pemeliharaan ternak selama di desa dilakukan oleh
peternak dengan membuat kandang secara kelompok yang berdekatan dengan
pemukiman penduduk. Selama dalam kurun waktu lebih dari 5 (lima) tahun di desa
Siru tidak pernah ada masyarakat yang kehilangan ternak sapi.
·
Dukungan Dinas
Terkait
Dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit ternak, peran bimbingan dan pengawasan berkala dari Dinas Peternakan
Kabupaten Manggarai Barat, termasuk kemudahan untuk memperoleh bahan vaksin dan
obat-obatan ternak selalu ada.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan teknik
beternak secara berkala secara rutin bekerja sama dengan pendamping kelompok
tani dan juga pendampingan dari Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai Barat dan
Dinas lain yang terkait.
RENCANA
PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK
A. RENCANA USAHA
KELOMPOK (RUK)
Usaha penggemukan sapi potong oleh kelompok ternak “Harapan
Sejahtera-Siru” merencanakan untuk memelihara 100 ekor sapi dengan lama masa
penggemukan adalah 6 bulan yang berlokasi di Desa Siru, Kecamatan Lembor,
Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Adapun rencana anggaran biaya
penggemukan sapi Bali 100 ekor selama 6 bulan disajikan pada tabel berikut:
RENCANA ANGGARAN BIAYA
PENGGEMUKAN SAPI BALI
100 EKOR SELAMA 6 BULAN
No
|
Uraian
|
Jml
|
Satuan
|
Harga
Satuan
|
Biaya
Pertahun
|
Total
Rp
|
1
|
Rehab Kandang
|
1
|
Unit
|
20.000.000,-
|
||
2
|
Timbangan Sapi
|
1
|
Paket
|
21.000.000,-
|
||
3
|
Instalasi
air :
|
|||||
- Mesin Air
|
1
|
1.000.000,-
|
1.000.000,-
|
|||
- Pipa
|
35
|
Batang
|
20.000,-
|
700.000,-
|
||
- Selang
|
3
|
roll
|
100.000,-
|
300.000,-
|
||
4
|
Bangunan pengolahan pupuk
|
1
|
Unit
|
5.000.000,-
|
||
5
|
Peralatan Kantor
|
1
|
Paket
|
2.000.000,-
|
||
Jumlah
Investasi/Biaya Tetap
|
50.000.000;-
|
|||||
6
|
Bakalan
Sapi
|
100
|
Ekor
|
5.050.000,-
|
505.000.000,-
|
|
7
|
Konsentrat
dan hijauan/6 bulan
|
100
|
Ekor
|
4.767,-
|
85.806.000,-
|
|
9
|
Kesehatan
|
1
|
Paket
|
9.000.000,-
|
||
10
|
Pengolahan
pupuk kandang 162 ton
|
1
|
Kg
|
394,-
|
63.828.000,-
|
|
11
|
Tenaga
Kerja :
|
|||||
- Manager
|
1 org
|
Bulan
|
1.800.000,-
|
21.600.000,-
|
21.600.000,-
|
|
-
Administrasi keuangan
|
1 org
|
Bulan
|
700.000,-
|
8.400.000,-
|
8.400.000,-
|
|
- Penjaga malam
|
2 org
|
Bulan
|
400.000,-
|
9.600.000,-
|
9.600.000,-
|
|
Jumlah Biaya Variabel
|
703.234.000,-
|
|||||
JUMLAH TOTAL BIAYA
|
753.234.000,-
|
Dapat ditampilkan bahwa dengan teknik dan dukungan
yang ada, perkiraan biaya produksi dapat diketengahkan pada tabel berikut :
Perkiraan
biaya penggemukan sapi potong selama 180 Hari
|
|||||||||||||||||
1
|
PROSES
PENGGEMUKAN SAPI POTONG
|
||||||||||||||||
* Lama
penggemukan 180 hari efektif
|
|||||||||||||||||
* Berat
sapi awal penggemukan 200 kg
|
|||||||||||||||||
* Rencana
kenaikan berat badan (ADG) rata-rata 0,70 kg per hari
|
|||||||||||||||||
2
|
PERHITUNGAN
BERAT BADAN SETELAH PENGGEMUKAN
|
||||||||||||||||
Berat awal
penggemukan
|
200 kg
|
||||||||||||||||
Susut dari
port ke farm
|
2% X 200
kg
|
4 kg
|
|||||||||||||||
Berat sapi
masuk kandang
|
200 kg - 4
kg
|
196 kg
|
|||||||||||||||
Kenaikan
setelah penggemukan
|
180 hr. X
0,70 kg
|
126 kg
|
|||||||||||||||
Berat
setelah penggemukan
|
196 kg
+126 kg.
|
322 kg
|
|||||||||||||||
Berat
rata-rata
|
(200+322)/2
|
261
|
|||||||||||||||
Harga sapi
bakalan
|
200 kg X
@Rp. 25,000,-
|
Rp. 5,000,000
|
|||||||||||||||
Biaya
handling dll.
|
Rp.
50.000,--
|
Rp. 50,000
|
|||||||||||||||
Harga sapi
bakalan s/d kandang (Rp)
|
Rp.
5.000.000 + Rp. 50000,-
|
5,050,000.00
|
|||||||||||||||
Harga sapi
di kandang hidup per kg. (Rp)
|
Rp.
5.050.000,-/194 kg.
|
26,030.93
|
|||||||||||||||
3
|
PENAMBAHAN
BERAT BADAN/EKOR SELAMA 180 HARI
|
||||||||||||||||
Waktu
efektif untuk penggemukan sapi potong 180 hari dengan target
|
|||||||||||||||||
kenaikan
berat badan (ADG) rata-rata 0,70 kg. per hari, sbb.:
|
|||||||||||||||||
* Masa
penyesuaian di kandang (Kg)
|
30 hr. X
0,60 kg
|
18
|
|||||||||||||||
*Penggemukan
efektif (Kg)
|
150 hr. X
0,70 kg.
|
105
|
|||||||||||||||
Jumlah
penambahan berat badan 180 hr. (Kg)
|
18 kg +
120kg.
|
223
|
|||||||||||||||
4
|
PERHITUNGAN
KEBUTUHAN RANSUM PER EKOR PER HARI
|
||||||||||||||||
Berat
Kering (BK) (Kg)
|
2,5% X 260
kg.
|
6.53
|
|||||||||||||||
TDN
dibutuhkan (Kg)
|
70% X 6.53
kg
|
4.57
|
|||||||||||||||
5
|
KOMPOSISI
PAKAN DIBUTUHKAN PER EKOR PER HARI
|
||||||||||||||||
No.
|
Jenis Bahan
|
BK 6,53 kg
|
TDN Bahan %
|
TDN 4.57 kg.
|
BK Bahan %
|
Jumlah
Bahan Kg.
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5=3X4
|
6
|
7=3/6
|
|||||||||||
a.
|
Rumput
(pakan hijauan) 40% BK
|
2.61
|
51%
|
1.33
|
22.40%
|
11.65
|
|||||||||||
b.
|
Singkong
10% BK
|
0.65
|
79%
|
0.51
|
32.30%
|
2.01
|
|||||||||||
c.
|
Konsentrat
50% BK
|
3.27
|
84%
|
2.73
|
90.00%
|
2.94
|
|||||||||||
Jumlah
|
6.53
|
4.57
|
16.6
|
||||||||||||||
6
|
HARGA
SATUAN RANSUM (PAKAN) PER EKOR PER HARI
|
||||||||||||||||
No.
|
Jenis Bahan
|
Jumlah (kg)
|
Harga Satuan( Rp)
|
Jumlah Harga (Rp)
|
Harga Rata-rata (Rp)
|
||||||||||||
a.
|
Konsentrat
|
2.94
|
1000
|
2,940
|
2,675
|
||||||||||||
b.
|
Rumput
pakan hijauan
|
11.65
|
100
|
1,165
|
1,060
|
||||||||||||
c.
|
Singkong
10%
|
2.01
|
400
|
804
|
732
|
||||||||||||
d.
|
Air minum
& garam
|
0.03 m3
|
1,200.00
|
36
|
33
|
||||||||||||
e.
|
Starbio
|
0.05
|
9,000.00
|
450
|
410
|
||||||||||||
f.
|
Premix/Mineral
|
0.02
|
6,000.00
|
120
|
108
|
||||||||||||
Jumlah
biaya ransum/ekor/hari
|
5,504
|
5018
|
|||||||||||||||
7
|
HARGA
RANSUM RATA-RATA PER EKOR PER HARI
|
||||||||||||||||
Ransum
penyesuaian kandang (Rp)
|
30 hari,
70%XRp. 5.018,--
|
105,378
|
|||||||||||||||
Ransum penggemukan
(Rp)
|
150 hari,
100%XRp.5.018,--
|
752,700
|
|||||||||||||||
Jumlah
biaya ransum per 180 hari
|
858,078
|
||||||||||||||||
Biaya
ransum penggemukan per ekor per hari = Rp.858.078/180
|
4,767
|
||||||||||||||||
8
|
BIAYA
LAIN-LAIN PER EKOR PER HARI
|
||||||||||||||||
a.
|
Biaya
kesehatan hewan, obat-obatan, Dokter hewan dll.
|
500
|
|||||||||||||||
b.
|
Biaya
pemeliharaan per ekor per hari
|
1,000
|
|||||||||||||||
Jumlah
biaya pemeliharaan & kesehatan
|
1,500
|
||||||||||||||||
9
|
ANALISA
BIAYA PENUNJANG UNTUK 100 EKOR SAPI POTONG PER TAHUN
|
||||||||||||||||
a.
|
BANGUNAN
KANDANG
|
||||||||||||||||
Rehabilitasi
kandang anggota (Rp)
|
1
unit kandang bersama
|
25,000,000
|
|||||||||||||||
Timbangan
hewan (Rp)
|
1 unit X
Rp. 21,000,000,-
|
21,000,000
|
|||||||||||||||
Peralaan
bantu (Rp)
|
50 unit X
Rp.40.000,-
|
2,000,000
|
|||||||||||||||
Instalasi
listrik dan air (Rp)
|
2,000,000
|
||||||||||||||||
50,000,000
|
|||||||||||||||||
b.
|
PENYUSUTAN
PER TAHUN
|
||||||||||||||||
Kandang
kelompok
|
10% X
Rp.25.000.000,-
|
2,500,000
|
|||||||||||||||
Peralatan
timbangan
|
10% X Rp.
21,000,000,-
|
2,100,000
|
|||||||||||||||
Peralatan
bantu
|
50% X
Rp.2,000,000,-
|
1,000,000
|
|||||||||||||||
Instalasi
listrik dan air
|
10% X
Rp.2.000,000,-
|
200,000
|
|||||||||||||||
Jumlah nilai
penyusutan
|
5,800,000
|
||||||||||||||||
Beban
penyusutan per ekor per tahun
|
Rp.
5,800,000,-/90
|
64,444
|
|||||||||||||||
Biaya
penyusutan per ekor per hari
|
Rp.
64,444,--/365
|
176
|
|||||||||||||||
10
|
PERHITUNGAN
HARGA SAPI SETELAH PENGGEMUKAN 180 HARI PER EKOR
|
||||||||||||||||
a.
|
Biaya
ransum
|
180 hari X
Rp. 4,767,-
|
858,060
|
||||||||||||||
b.
|
Biaya
pemeliharaan
|
180 hari X
Rp. 2100,-
|
378,000
|
||||||||||||||
c.
|
Biaya
penyusutan
|
180 hari X
Rp. 176,-
|
31,680
|
||||||||||||||
Biaya
penggemukan per ekor
|
100 hari
|
1,267,740
|
|||||||||||||||
d.
|
Harga sapi
awal penggemukan
|
1
ekorXRp.5,050,000,-
|
5,050,000
|
||||||||||||||
Biaya sapi
setelah penggemukan
|
Rp.
1,267,740,-+Rp.5,050,000,-
|
6,317,740
|
|||||||||||||||
e.
|
Berat sapi
setelah penggemukan (Kg)
|
196 kg. +
126 kg.
|
322
|
||||||||||||||
Harga
pokok sapi setelah penggemukan
|
6,317,740/322
|
19,620
|
|||||||||||||||
Harga jual
setelah penggemukan
|
130%X Rp.
19,620,-
|
25,505
|
|||||||||||||||
Dibulatkan
|
25,500
|
||||||||||||||||
11
|
ANALISA
PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI
|
||||||||||||||||
MENJADI
PUPUK KOMPOS (PUPUK ORGANIK)
|
|||||||||||||||||
Tenaga
bongkar Limbah kotoran sapi
|
1 ton X
Rp.50.000,-
|
50,000
|
|||||||||||||||
Serbuk
gergaji
|
50 kg. X
Rp. 75,-
|
3,750
|
|||||||||||||||
Abu
sekam/kayu
|
100 kg. X
Rp. 180,-
|
18,000
|
|||||||||||||||
Kapur
|
30 kg. X
Rp. 600,-
|
18,000
|
|||||||||||||||
Stardec
|
2,50 kg. X
Rp. 10.000,-
|
25,000
|
|||||||||||||||
Karung
plastik & Inner
|
25 zak X
Rp. 3.000,-
|
150,000
|
|||||||||||||||
Alat mesin
jahit karung
|
1 losin X
Rp. 3.000,-
|
3,000
|
|||||||||||||||
Tenaga
kerja pengolah
|
3 HOK X Rp.
15,000,-x2
|
90,000
|
|||||||||||||||
357,750
|
|||||||||||||||||
Biaya tak
terduga
|
10% X Rp.
357,750,-
|
35,775
|
|||||||||||||||
Total
biaya proses kompos
|
393,525
|
||||||||||||||||
12
|
Biaya
produksi pupuk per kg.
|
Rp.
393.525,-/1,000 kg.
|
394
|
||||||||||||||
Harga jual
pupuk kompos per kg.
|
600
|
||||||||||||||||
Keuntungan
per kg. pupuk
|
206
|
||||||||||||||||
B.
POLA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN
Berdasarkan program kerja, Pengembangan Usaha Ternak Sapi
akan dilaksanakan secepatnya setelah mendapatkan dana dari pihak pendana.
Pertimbangan lain yang menjadi prioritas adalah mempercepat realisasi
pengembangan usaha kelompok tani melalui proses pengadaan bibit sapi, penggemukan
sapi dan prasarana pendukungnya. Dengan terealisasinya dana diharapkan kelompok
ternak Harapan Sejahtera-Siru dapat mengembangkan usahanya untuk meningkatkan
pendapatan organisasi kelompok ternak serta memenuhi kesejahteraan anggotanya.
C. Konsep Kemitraan Terpadu
Pengembangan ternak sapi difasilistasi oleh pendamping
kelompok tani Harapan Sejahtera-Siru beserta stakeholder terkait yang
berhubungan dengan proyek ini, dalam merealisasikan operasionalnya di lapangan
dengan menggunakan sistem kemitraan terpadu dengan anggota kelompok ternak dengan
mengutamakan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kenaikan berat badan
(ADG) sapi. Stakeholder terkait tersebut adalah :
a.
Kelompok Ternak
b.
Peternak sebagai
anggota Kelompok Ternak
c.
Mitra kerja Kelompok
ternak sejenisnya
d.
Pemerintah
e.
Perbankan
f.
Pedagang Sapi
dan Pengusaha daging segar (RPH).
Pelaksanaan pola kemitraan dalam pengembangan usaha
ternak sapi potong di kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru adalah:
a.
Pemeliharaan sapi
potong dilakukan secara kelompok
b.
Antar pedamping
kelompok tani dan peternak memiliki kesamaan visi dan misi tujuan dalam
mengembangkan usaha peternakan ini dan saling menguntungkan semua pihak.
c.
Dibuat
perjanjian kerja sama antara kelompok ternak dan peternak yang akan memperoleh
bantuan yang berorientasi bisnis yang dijadikan pedoman bersama.
d.
Koordinasi yang
intensif dengan semua pihak yang berkaitan dengan proyek pengembangan usaha
ternak sapi potong pada kelompok ternah Harapan Sehajtera-Siru.
Untuk pola kemitraan ini dapat berhasil
dengan baik diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut:
·
Masing-masing
pihak pelaku usaha, bertindak sesuai kewajiban dan hak masing-masing dan diatur
dalam perjanjian kerjasama yang saling mengikat kedua belah pihak.
·
Pengelolaan
usaha dilakukan secara profesional yang berorientasi pada effisiensi biaya dan
optimalisasi usaha.
·
Skala usaha
minimal bagi peternak 5 ekor/peternak.
D.
ASPEK PRODUKSI
Untuk mencapai
tujuan kegiatan ini, maka pendamping kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru
akan bekerja sama dengan anggota dalam pola kemitraan dengan menerapkan pola
produksi ternak sapi potong secara intensif. Aspek produksi peternakan sapi
potong yang hendak dibahas dalam bab ini terdiri dari aspek-aspek sebagai
berikut :
1.
Teknik penggemukan.
2.
Manajemen pakan.
3.
Pemilihan sapi bakalan.
4.
Umur penggemukan.
5.
Pemeliharaan kesehatan
6.
Keunggulan usaha penggemukan ternak sapi potong.
1.
Teknik penggemukan
v
Sistem Penggemukan
Penggemukan dengan sistem dry lot fattening merupakan salah satu
cara yang mengutamakan pemberian pakan biji-bijian seperti konsentrat, bekatul,
singkong, ampas bio dan sebagainya, sedangkan pakan hijauan diberikan dalam
jumlah terbatas. Penggemukan dilaksanakan sapi berada di kandang terus menerus
tidak digembalakan atau dipekerjakan diberi pakan sesuai ketentuan dan mudah
dikontrol kondisi kesehatannya. Cara ini akan menghasilkan mutu daging yang
berkualitas, biaya perawatan murah, karena 1 orang mampu merawat sapi +
20 ekor, dan selain effsisien juga ramah lingkungan.
v
Perkandangan
Dengan sistem dry lot fattening kandang dibuat untuk sapi secara kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari jumlah sapi + 4 – 6 ekor. Luasan kandang per ekor
sapi memerlukan kandangan + 1,5 – 2 m2.
Konstruksi kandang dibuat permanen dengan
lantai kandang diplester dengan posisi miring supaya kotoran, air kencing tidak
bercampur dengan tanah dan mudah untuk dibersihkan. Agar kandang tidak becek
maka alas kandang diberikan serbuk gergaji kayu, sehingga kotoran tidak
menempel di badan sapi.
·
Kandang dibuat
dengan ventilasi cukup, kandang di lengkapi tempat pakan kering, hijauan dan
tempat air minum.
·
Kotoran sapi
dibersihkan setiap 4 - 5 hari sekali, dan kotoran dikeluarkan ke tempat yang
sudah disiapkan untuk langsung diproses menjadi pupuk kompos.
·
Kandang dibuat
berdekatan dengan rumah peternak untuk memudahkan pengawasan, pemantauan
kesehatan, tata laksana, keamanan khususnya di malam hari.
2.
Manajemen pakan
o
Penyediaan
Pakan dapat diambil dari alam (ngarit). Selain itu
dengan melakukan penanaman dengan menggunakan teknologi Sistem Tiga Strata (3S)
yaitu :
Strata I:
dengan menanam rumput-rumputan ( Rumput Setaria, Rumput Raja, Rumput Gajah dan
lain-lain, dan legume merambat/legume herba (Arachis, Centro, Clitoria dan lain
lain). Digunakan untuk penyediaan pakan musim hujan (Desember – Mei).
Strata II :
dengan menanam hijauan semak atau pohon kecil seperti Gamal, Lamtoro, Turi,
Banten, Kelor dan lain-lain. Digunakan untuk pakan di musim pertengahan (Juni –
September).
Strata III:
dengan menanam hijauan pohon seperti Nangka, Waru, Beringin dan lain-lain.
Digunakan pada puncak musim kemarau (Oktober-November).
Selain itu penyediaan pakan
dapat memanfaatkan limbah pertanian
(Jerami, berangkasan kulit kacang-kacangan dll), limbah industri (dedak padi,
ampas tahu, bungkil kelapa dan lain-lain), serta melalui teknologi pengawetan dalam
bentuk kering (Hay) dan bentuk segar (Silase).
Pakan penguat seperti dedak padi, ampas tahu dan
jagung dapat diperoleh melalui penggilingan padi dan pabrik-pabrik tahu yang
ada, atau dapat dibeli di pasar.
o Kebutuhan
Kandungan
Protein Kasar (PK) pada pakan untuk sapi yang digemukkan sekitar 10 % dari komposisi
pakan, dan Energi sekitar 50% dari Bahan Kering pakan. Pakan sapi yang intensif
adalah pemberian pakan penguat secara penuh. Setiap 45 kg berat sapi hidup
diberikan pakan penguat 1 kg per hari. Kebutuhan pakan/ransum terdiri dari
bahan kering (BK) dan energi yang dapat dicerna (TDN) dengan perhitungan sbb.:
·
Bahan kering
(BK) sebanyak 2,50% X berat badan
·
TDN dibutuhkan
66% - 70% X bahan kering (BK).
Pakan tambahan berupa premix, mineral, vitamin,
starch, masing-masing dengan dosis 0,5% - 1% dari berat pakan penguat sehingga
dengan komposisi pakan tersebut diatas diharapkan mempu menaikkan berat badan
sapi 100 kg – 150 kg dalam waktu 180 hari masa penggemukan atau sampai 6 bulan.
o Pemberian
Macamnya (rumput- rumputan, daunan, kacang-kacangan,
konsentrat, pakan tambahan/suplemen,probiotik )
Kandungan Protein pakan sekitar 10%, diperoleh dari
Hijauan (Gamal,Rumput Gajah,dll), makanan Penguat seperti dedak,ampas tahu,dan
lain-lain.
Jumlahnya (Hijauan minimal 10 – 15 % dari Berat Badan
(BB) + Pakan penguat 1-2% BB + Pakan Tambahan/probiotik/UMB).
Pemberian pakan penguat/konsentrat (seperti Dedak
padi, Ampas tahu, bungkil kelapa dan lain-lain) sekitar 1 – 2 % dari BB
kg/ekor/hari
Pemberian pakan pelengkap 0,5-1% dari BB (probiotik,
sumber mineral/Urea Molases Blok/Urea Mineral Molases Blok).
Frequensi pemberian, makin sering makin baik (2 – 3
kali sehari semalam). Hindari pemberian sekaligus karena akan banyak
tersisa/terbuang.
3.
Pemilihan Sapi Bakalan
·
Sapi bakalan
penggemukan dipilih yang mudah beradaptasi terhadap lingkungan kandang, sapi
yang dipilih pada kondisi kurus dan sehat, jenis kelamin jantan dan tidak
cacat.
·
Untuk pilihan
jenis sapi lokal seperti Sapi Bali mudah di peroleh di peternak rakyat di
daerah Manggarai Barat.
·
Keseragaman
sapi: sapi yang dipelihara sebaiknya seragam untuk memudahkan tata laksana,
faktor keseragaman harus menjadi pertimbangan dalam mempersiapkan bakalan sapi
yang akan digemukkan.
·
Untuk mengetahui
umur sapi dapat menggunakan pendekatan pergantian gigi :
o
Sapi yang
memiliki gigi susu semua pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar 1 tahun
o
Sapi yang memiliki
gigi tetap sepasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 1-1,5 tahun
o
Sapi yang
memiliki gigi tetap dua pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 2-2,5
tahun
o
Sapi yang
memiliki gigi tetap tiga pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 3-3,5
tahun
o
Sapi yang
memiliki gigi tetap empat pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 4
tahun
o
Sapi yang
memiliki gigi tetap sudah aus semua pada rahang bawah mempunyai usia diatas 4
tahun.
4.
Umur Penggemukan
Sapi umur < 1 tahun waktu penggemukan 8 –
12 bulan.
Sapi umur > 1 th – 2 th. Waktu penggemukan
6 – 7 bulan.
Sapi umur > 2 th. – 2,5 th waktu
penggemukan 3 – 4 bulan.
5.
Pemeliharaan Kesehatan
o Diduga bahwa hampir semua bibit/bakalan yang
diperoleh dari peternak tradisional sudah terserang penyakit cacingan. Oleh
karenanya pada awal penggemukan agar sapi bakalan diberikan obat cacing,
kemudian diulang kembali setiap 3 – 4 bulan.
o Pemberian vitamin setiap tiga bulan atau sesuai
keperluan misalnya pada saat pergantian musim.
o Kandang dibersihkan setiap hari, tidak becek, tidak
ada genangan air.
o Ternak dimandikan sambil badannya digosok-gosok.
o
Mencegah lebih
baik daripada mengobati
6.
Keunggulan Usaha Penggemukan Sapi
o
Investasi untuk
usaha penggemukan sapi potong dilaksanakan dengan waktu singkat.
o
Dengan sistem dry lot fattening memudahkan dalam
monitor dan kontrol peternakan secara langsung. Sehingga dapat diketahui berapa
jumlah dan keberadaan sapi dikandang maupun cara pemeliharaan sapi sesuai
ketentuan yang telah disepakati.
o
Kontrol
kesehatan sapi yang teratur serta pemenuhan standar kelayakan usaha peternakan
dalam pengawasan team Pengendali Kelompok tani kerjasama dengan Dinas
Peternakan, Kabupaten Manggarai Barat.
E.
ASPEK
PEMASARAN
Usaha tani
ternak sapi mempunyai peluang untuk memasarkan dua jenis produk:
1.
Ternak sapi gemuk yang berat badannya sudah mencapai 322 kg.
2.
Pupuk kompos, sebagai hasil tambahan.
Peluang pasar
untuk ternak sapi cukup besar, karena permintaan ternak sapi sebenarnya
melebihi jumlah ternak sapi yang siap jual dengan harga yang cukup tinggi.
Walaupun harga jual sapi hidup siap potong tidak jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan harga pokok penggemukan sapi, tetapi masih memberikan peluang kepada
petani ternak sapi untuk memperoleh laba. Resiko kematian sapi di daerah Siru
relatif kecil, yaitu sekitar 1%, karena petani ternak sapi di Siru ini sudah
mempunyai keterampilan memelihara ternak sapi sejak jaman dulu. Disamping itu,
peluang pasar untuk menjual pupuk kompos juga cukup tinggi. Sebagian besar
penduduk Siru dan daerah sekitarnya adalah petani tanaman pangan, yaitu padi
sawah, dan palawija, serta tanaman perkebunan yang sangat membutuhkan pupuk
organik.
Dilihat dari
segi permintaan dan penawaran ternak sapi, peluang pasar sapi untuk desa Siru dan
kabupaten Manggarai Barat umumnya cukup tinggi. Dasamping tingkat konsumsi
protein hewani asal daging sapi yang semakin tinggi, hadirnya hotel-hotel
berbintang di Labuan Bajo-Komodo sebagai daerah pariwisata juga mengisyaratkan
akan tingginya kebutuhan daging asal sapi untuk kebutuhan tamu-tamunya.
Ternak sapi
dari desa Siru biasanya dibeli oleh para blantik yang datang ke rumah-rumah
warga untuk menawar ternak mereka. Dari hal tersebut kita bisa melakukan
kerjasama dengan para pedagang lama untuk memasarkan ternak sapi kelompok
ternak dengan perjanjian yang saling menguntungkan. Biasanya para blantik
tersebut menjual sapi kepada pembali yang lebih besar yang berasal dari
Sulawesi Selatan dan Bima (NTB), pembeli tersebut mengambil ternak-ternak dari
para blantik. Selain itu peternak juga bisa menjual sapinya ke pengusaha
pemotongan sapi di Labuan Bajo, Ruteng, Borong serta daerah daratan flores lainnya.
Dari penjelasan tersebut tampak bahwa peluang pasar ternak sapi dari para
petani ternak cukup tinggi.
Dilihat dari
segi harga pasar, peluang pasar ternak sapi potong juga tinggi. Harga per ekor
ternak sapi potong bakalan (sapi yang berumur sekitar 1 – 2 tahun) rata-rata
Rp. 5.000.000,- dengan berat rata-rata 200 kg. per ekor. Sedangkan harga per kg
daging segar sapi potong, yaitu sapi dipotong setelah 180 hari masa penggemukan
dengan berat sekitar 322 kg dan berat karkas 170 kg., adalah rata-rata Rp. 60.000,-
per kg. Setelah dikurangi biaya penggemukan, maka setiap masa penggemukan
peternak sapi potong dapat meraih laba sekitar 30 % lebih.
Peluang Pasar Pupuk Kompos
Sebagian besar
penduduk di Desa Siru hidup dan bekerja dari bekerja di sektor pertanian. Hal
ini sedikit banyak menunjukkan bahwa kebutuhan akan pupuk kompos cukup besar.
Menurut data-data yang diolah, harga jual pupuk organik dari peternak sapi
sekitar rata-rata Rp. 600,- per kg., sedangkan harga pokok produksi Rp. 394,-
per kg. Setiap ekor sapi setiap hari dapat menghasilkan
(diperkirakan/rata-rata) sekitar 60% X 15 kg. pupuk kompos. Jadi untuk 100 ekor
sapi akan dapat dihasilkan 100 ekor X 180 hari X (60% X 15 kg.) = 162.000 kg.
pupuk kompos.
Gabungan perkiraan
penerimaan dan pengeluaran pendapatan usaha ternak sapi potong dan pupuk
kompos, maka akan terlihat pada tabel berikut :
Perkiraan
Pengeluaran dan Penerimaan Usaha Penggemukan Sapi Bali
dan
Pupuk Kompos Selama Satu Periode Penggemukan (180 hari)
F.
PERKIRAAN
LABA-RUGI
Dana bantuan
yang diberikan oleh Pemerintah berupa 100 ekor ternak sapi potong akan di
distribusikan kepada 20 anggota Kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru. Jadi
setiap anggota diserahi 5 ekor ternak sapi potong untuk dipelihara. Atas dasar
analisa yang dikemukakan dalam aspek Pemasaran dan Produksi, dapatlah dibuat
perkiraan aliran kas dan rugi/laba usaha ternak sapi potong bantuan pemerintah
kepada Kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru.
Dari data-data
yang diperoleh dan diolah, diperkirakan bahwa dengan memelihara 5 ekor sapi
potong, seorang peternak rata-rata akan memperoleh laba sebesar Rp. 1.145.493,- per bulan. Laba ini diperoleh dari
penjualan 5 ekor sapi yang beratnya 322 kg. hidup, dengan harga berat hidup Rp.
25.000,- per kg. Disamping itu peternak juga berkesempatan menjual pupuk kompos
8 ton setiap 6 bulan, atau satu kali masa penggemukan. Rata-rata keuntungan
yang diperoleh dari penjualan pupuk kompos adalah Rp.
278.100/,- per bulan.
Perkiraan laba/rugi dari usaha ternak
sapi dapat ditampilkan dalam tabel berikut :
PERKIRAAN RUGI/LABA USAHA KELOMPOK
|
100 EKOR SAPI UNTUK 20 ORANG
ANGGOTA DAN SEORANG ANGGOTA @ 5 EKOR
|
PER TAHUN, PER MASA PENGGEMUKAN,
DAN PER BULAN
|
Dalam
Pertelaan Rugi/Laba di atas Saldo Awal Laba dinyatakan = 0 (nol), karena laba
tersebut langsung dikonsumsi oleh anggota. Asumsi-asumsi pembuatan Pertelaan
Rugi/Laba di sampaikan pada bab-bab Pemasaran dan Produksi.
ANALISA KELAYAKAN DAN MANAJEMEN CASH FLOW
USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI
A.
ANALISA
KELAYAKAN USAHA
Suatu jenis usaha dalam hal
ini akan dinilai apakah pantas atau layak dilaksanakan didasarkan kepada
beberapa kriteria tertentu yang ada. Layak bagi suatu usaha
artinya menguntungkan dari berbagai aspek yaitu kelayakan dari aspek
pasar, ekonomi dan financial, teknis, budaya dan mentalitas, dan aspek yuridis.
v
Aspek pasar
Dilihat dari
segi permintaan dan penawaran ternak sapi, peluang pasar sapi untuk desa Siru dan
kabupaten Manggarai Barat umumnya cukup tinggi. Dasamping tingkat konsumsi
protein hewani asal daging sapi yang semakin tinggi, hadirnya hotel-hotel
berbintang di Labuan Bajo-Komodo sebagai daerah pariwisata juga mengisyaratkan
akan tingginya kebutuhan daging asal sapi untuk kebutuhan tamu-tamunya.
v Aspek teknis
Kemampuan
peternak di desa Siru dalam memelihara ternak sapi dinilai cukup baik dengan
pengalaman beternak yang sudaha turun temurun
dengan penguasaan teknologi yang potensial untuk diberdayakan.
Ketersediaan teknologi penunjang usaha beternak mudah diperoleh melalui media
informasi dan pelatihan teknis yang sering diberikan oleh pemerintah daerah,
LSM maupun kelompok peternak maju.
v Aspek
budaya dan mentalitas
Faktor
adat dan kebiasaan yang telah lama berlaku di desa siru yakni budaya gotong
royong, saling menghargai, motivasi petani yang cukup tinggi untuk lebih
berkembang, serta memiliki etos kerja yang tinggi.
v Aspek
yurudis
Dukungan
UPTD Peternakan Kecamatan Lembor khususnya dan pemerintah Kabupaten Manggarai
Barat dalam membantu meningkatkan produktivitas usaha peternakan sangat baik,
dengan intensifnya program penyuluhan, serta sangat menghendaki usaha beternak
dengan intensif.
v Aspek
ekonomi dan financial
Analisis kelayakan usaha
penting dilakukan oleh kelompok ternak guna menghindari kerugian dan untuk
pengembangan serta kelangsungan usaha. Secara finansial kelayakan usaha dapat
dianalisis dengan menggunakan beberapa indikator pendekatan atau alat analisis,
seperti menggunakan Titik Pulang Pokok (Break Event Point/ BEP), Revenue-Cost
ratio (R/C ratio), Benefit-Cost ratio (B/C ratio), Payback Period,
Retur of Investment, dll.
Pada usaha skala kecil
(mikro) disarankan paling tidak menggunakan BEP dan R/C ratio atau B/C ratio
sebagai alat analisis kelayakan agribisnis. Berikut ini disajikan analisis
financial usaha penggemukan sapi potong pada kelompok ternah Harapan
Sejahtera-Siru :
Analisis Kelayakan Finansial
pada Usaha Penggemukan Sapi 100 ekor selama 6 bulan periode Penggemukan
Dari analisis
tabel diatas dapat disimpulkan bahwa usaha penggemukan sapi di kelompok ternak
Harapan Sejahtera-Siru, layak secara financial dengan R/C = 1,27 (> 1), B/C
= 1,27 (> 1).
B.
ALIRAN KAS
Arus kas akan menyediakan informasi selama periode penggemukan.
Seperti satu bulan, satu musim tanam, satu tahun Aliran Kas ini disebut sebagai
bayangan, karena dana kas yang sebenarnya dipegang oleh 20 anggota, bukan ada
di kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru. Perbedaan antara aliran kas dengan
rugi/laba adalah bahwa dalam pertelaan aliran kas, hanya penerimaan dan
pengeluaran yang dilakukan secara tunai saja yang direkam. Biaya penyusutan dan
Biaya Resiko Kematian 1% tidak pasti keluar dari kantong (kasir). Oleh karena
itu tidak terekam dalam pertelaan aliran kas. Pertelaan Aliran Kas Bayangan
dimaksud dapat disampaikan pada tabel berikut :
Perkiraan aliran kas
Dari perkiraan
arus kas tabel diatas dapat memberikan gambaran bahwa sisa kas yang diperoleh
selama empat periode penggemukan (2 tahun) mencapai Rp. 1,071,765,800,-. Dengan
demikian, adanya bantuan modal usaha melalui program Sarjana Membangun Desa ini
sangat mampu memberikan kemandirian bagi kelompok untuk terus mengembangkan
usahanya. Selain itu dengan bagian keuntungan yang diperoleh kelompok, sangat
memungkinkan untuk lebih cepat bergulir ke anggota/kelompok lain sehingga
program ini menjadi lebih tepat sasaran dan berkelanjutan.www.dirmanbima.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar