Sabtu, 19 September 2015

PROPOSAL PENGGEMUKAN SAPI BALI 2



CONTOH PROPOSAL DARI BPK


Nama                     :
SUDIRMAN, ST
Tempat/Tgl lahir     :
BIMA 09 September 1980
Agama                   :
Islam
Alamat                    :
Desa : Dena Kec : Mada pangga RT13/05 No.23 - BIMA NTB
Pekerjaan               :
Wiraswasta
Telpon                    :
087760911117 / 081330911117
Email                      :

dirmanpropertidepok@gmail.com
Riwayat Pendidikan:


SDN 1 Dena
SMP MUHAMMADYAH DENA
SPP/ SPMA NEGERI KOTA BIMA NTB
UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA - JAKARTA



Kelompok binaan  :
 CV. PUTRA MANDIRI SEJAHTERA
Mulai membina       :
2011 – sekarang
Perananan Pendampingan :
Pendamping kelompok ternak membantu dan sebagai fasilitator dalam hal sebagai berikut :
1.    Pemilihan bibit sapi yang baik.
2.    Pemilihan jenis pakan dan cara pemberian pakan yang sehat.
3.    Kandang yang sehat.
4.    Kesehatan ternak.
5.    Ikut mengurus pembayaran dari pembeli bila mengalami kesulitan/manajemen pemasaran.
6.    Membantu anggota kelompok tani dalam hal bernegosiasi dengan pembeli dan penjual ternak.
7.    Membantu anggota kelompok ternak dalam pengenalan dan penerapan teknologi dan inovasi dalam beternak.
8.    Bersama penyuluh dan dinas terkait memberikan pendidikan dan pelatihan teknis manajemen beternak.




POTENSI USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI
DI MANGGARAI BARAT








DESA SIRU, KECAMATAN LEMBOR, KABUPATEN MANGGARAI BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
2012

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Saat ini impor daging dan sapi bakalan sangat besar, sekitar 30 persen dari kebutuhan daging nasional. Bahkan ada kecenderungan volume impor terus meningkat yang secara otomatis akan menguras devisa negara sangat besar. Bila kondisi ini tidak diwaspadai, hal ini dapat menyebabkan kemandirian dan kedaulatan pangan hewani khususnya daging sapi semakin jauh dari harapan, yang pada gilirannya berpotensi masuk dalam food trap negara eksportir.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak yang berbasis sumberdaya domestik, pemerintah kembali mencanangkan program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 (PPSDS-2014). Keberhasilan program swasembada daging sapi 2014 akan sangat tergantung kepada partisipasi penuh stakeholders peternakan, sehingga bagaimanapun baiknya program yang disusun tidak akan berhasil tanpa partisipasi masyarakat peternak dan para pelaku peternakan sapi potong lainnya
Usaha pengembangan ternak sapi potong cukup mampu memberi manfaat ekonomi bagi peternak rakyat. Sapi biasanya diternakkan oleh para petani di desa-desa secara tradisional, seperti yang dilakukan di Desa Siru, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat. Di desa Siru inilah letak kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru berada. Seluruh masyarakat hidup dari lahan pertanian dan sebagian penduduk yang bekerja di bidang pertanian memiliki ternak sapi atau kerbau yang dijadikan sebagai penghasilan sampingan yang sangat menunjang kebutuhan ekonomi mereka. Setiap rumah tangga biasanya dapat memelihara 2 (dua) sampai 5 (empat) ekor sapi dengan baik.
Peluang pasar ternak sapi potong di Manggarai Barat cukup tinggi. Walaupun demikian, petani ternak sapi potong di Siru perlu memperoleh bantuan dalam meraih peluang pasar tersebut dengan mengatasi beberapa kendala yang dihadapi. Salah satu kendala yang saat ini dialami adalah kurangnya modal petani dalam rangka peningkatan jumlah skala usaha ternak melalui pengadaan bibit atau bakalan. Belakangan ini harga bibit sapi sangat tinggi, sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat petani yang berpendapatan rendah. Kendala yang lain adalah ketidak pastian berat ternak yang menjadi dasar penentuan harga, dan kepastian pembayaran ternak yang dijual.
Kondisi ini tentu membutuhkan perhatian dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk mengatasi kendala kurangnya modal dari petani. Dengan demikian dapat membantu peternak dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan dan ketahanan pangan secara nasional- pun dapat tercapai.

B.    TUJUAN
Tujuan pengembangan usaha peternakan adalah sebagai berikut:
1.         Mengembangkan usaha peternakan yang berorientasi pada peningkatan kualitas dan kuantitas sapi.
2.         Meningkatkan sistem pemeliharaan ternak sapi secara profesional.
3.         Meningkatkan kemampuan anggota kelompok ternak dalam mengembangkan teknologi pengelolaan ternak secara terpadu, untuk mendapatkan nilai tambah keunggulan daya saing.
4.         Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota kelompok ternak.
5.         Meningkatnya populasi ternak sapi di Kecamatan Lembor.
6.         Menciptakan lapangan kerja baru bagi anggota kelompok ternak dan keluarganya.
7.         Meningkatkan kerjasama antara anggota untuk kemanfaatan bersama.
8.         Diberikannya bantuan modal usaha untuk pengadaan bibit sapi kepada anggota kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru.

C.    SASARAN

1.         Mengurangi ketergantungan petani ternak hanya pada usaha pertanian lahan.
2.         Memanfaatkan limbah tanaman untuk makanan ternak dan penanaman pakan ternak dengan cara tumpang sari pada lahan-lahan pertanian yang ada.
3.         Meningkatkan produksi daging sapi yang berkualitas.
4.         Dapat memproduksi hasil ikutan lainnya, seperti pupuk kompos, daging olahan, dan lain-lain.
5.         Meningkatkan harga jual sapi.
6.         Meningkatkan daya beli masyarakat.






POTENSI WILAYAH
DAN FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN USAHA

Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat merupakan daerah yang cukup ideal untuk pengembangan Agribisnis Sapi Bali karena didukung oleh beberapa faktor antara lain:

A.    Daya dukung wilayah
Total luas wilayah Kecamatan Lembor adalah 53.065 hektar, keadaan iklim basah, dengan total curah hujan rata-rata 2.292 mm/tahun. Secara umum wilayah desa Siru kecamatan Lembor tergolong wilayah dataran rendah (100-500 dpl). Tingkat kelerengan lahan berkisar antara 2-15%, dan sebagian besar (40,21%) wilayahnya belum dimanfaatkan. Sementara itu sumber air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air masyarakat sepanjang tahun.  Agro-ekosistem didominasi oleh padang penggembalaan yang dapat mencukupi kebutuhan.
Usaha pertanian padi sawah merupakan pekerjaan pokok penduduk desa Siru. Selain itu, untuk menambah pendapatan rumah tangganya, petani juga memelihara ternak sapi dan kerbau.   Dinamika kehidupan bermasyarakat berjalan baik dengan sangat mengedepankan prinsip kekeluargaan, gotong royong dan saling menghargai sesama. Dapat juga dikemukakan bahwa etos kerja petani di Desa Siru cukup tinggi sehingga berpotensi untuk terus dimotivasi agar produktivitas usaha taninya terus mengalami peningkatan.

B.    Daya dukung sumberdaya ternak
Dalam perjalanan waktu hampir satu abad sapi Bali tetap eksist di Bumi NTT. Hal ini menunjukkan bahwa sapi Bali sudah sesuai atau cocok (adaptif) dengan  kondisi agro ekosistem di NTT. Data BPS Manggarai Barat 2010, populasi ternak sapi di Kecamatan Lembor tahun 2010 berjumlah 2.300 ekor, sedangkan kerbau mencapai 2.899 ekor. Dalam rangka pengadaan bibit dan bakalan selama ini tidak kesulitan oleh karena ketersediaan bibit di Kecamatan Lembor maupun wilayah sekitarnya terbilang mudah dan mencukupi.

C.    Daya dukung sumber daya manusia
Secara tradisional ternak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem usaha tani yang tidak terpisahkan dengan kehidupan petani. Perilaku seperti ini tidak lepas dari tujuan petani memelihara sapi yaitu sebagai tabungan (yang paling utama), sebagai tenaga kerja pengolahan lahan, sebagai sumber penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari, untuk biaya naik haji dan sebagai sumber penghasilan setengah tahunan (penggemukan) serta alasan-alasan lain. Sebagian besar petani di desa Siru memelihara ternak sapi dan atau kerbau dengan baik dan kepemilikan rata-rata berkisar 2-5 ekor.

D.    Daya dukung ketersediaan pakan
Beberapa potensi sumberdaya yang terdapat di Kecamatan Lembor salah satunya dapat dilihat dari ketersediaan pakan hijauan dari padang penggembalaan dan rumput sekitar areal pertanian serta limbah pertanian (jerami) yang cukup tinggi. Menurut data-data yang diolah, analisis Curring capacity yang dilakukan, menunjukkan bahwa ketersediaan hijauan dan jerami padi per-tahun di Kecamatan Lembor dapat mencukupi kebutuhan 13.000 unit ternak, sementara populasi ternak besar (sapi dan kerbau) di Kecamatan Lembor menurut BPS Manggarai Barat tahun 2010 hanya berjumlah 5.199 ekor. Selain itu potensi hasil sampingan (ikutan) dari tanaman pangan lainnya sebagai sumber pakan, jerami jagung, dan bungkil kacang juga tersedia sepanjang tahun.
Pakan penguat seperti dedak padi, ampas tahu dan jagung mudah diperoleh melalui penggilingan padi dan pabrik-pabrik tahu yang ada, atau dapat dibeli di pasar. Konsentrat hasil dari pabrikpun mudah dibeli dari toko pakan ternak yang ada dan apabila pembelian dalam partai besar tentunya kan memperoleh harga yang lebih murah dan atau secara manual peternak membuat sendiri dengan bahan baku yang ada.

E.    Dukungan ketersediaan teknologi
Teknologi untuk mendukung pengembangan agribisnis sapi Bali cukup tersedia, baik untuk pembibitan maupun penggemukan, baik berupa paket teknologi maupun komponen teknologi. Perkembangan teknologi informasi yang semakin merambah wilayah perdesaan di tanah air memudahkan petani untuk mengakses teknologi dan inovas-inovasi yang memberikan manfaat bagi usaha tani.

F.     Permintaan pasar
Pasar untuk sapi sangat baik, permintaan dari konsumen lokal maupun antar pulau terus meningkat. Pemotongan ternak yang tercatat selama dua tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Data BPS 2009 menunjukkan total pengeluaran ternak sapi tahun 2008 meningkat 48% dari tahun 2007 yang mencapai 231 ekor. Sedangkan total pemotongan resmi ternak sapi tahun 2008 mencapai 118 ekor. Sebagian besar ternak sapi dan kerbau dijual ke daerah NTB dan Sulawesi.
           


G.    Faktor pendukung lainnya.
·        Keamanan Ternak
Pemeliharaan ternak selama di desa dilakukan oleh peternak dengan membuat kandang secara kelompok yang berdekatan dengan pemukiman penduduk. Selama dalam kurun waktu lebih dari 5 (lima) tahun di desa Siru tidak pernah ada masyarakat yang kehilangan ternak sapi.
·        Dukungan Dinas Terkait
Dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit ternak, peran bimbingan dan pengawasan berkala dari Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai Barat, termasuk kemudahan untuk memperoleh bahan vaksin dan obat-obatan ternak selalu ada.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan teknik beternak secara berkala secara rutin bekerja sama dengan pendamping kelompok tani dan juga pendampingan dari Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai Barat dan Dinas lain yang terkait.









RENCANA PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK

A.    RENCANA USAHA  KELOMPOK (RUK)
                  Usaha penggemukan sapi potong oleh kelompok ternak “Harapan Sejahtera-Siru” merencanakan untuk memelihara 100 ekor sapi dengan lama masa penggemukan adalah 6 bulan yang berlokasi di Desa Siru, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Adapun rencana anggaran biaya penggemukan sapi Bali 100 ekor selama 6 bulan disajikan pada tabel berikut:

RENCANA ANGGARAN BIAYA PENGGEMUKAN SAPI BALI
100 EKOR SELAMA 6 BULAN

No
Uraian
Jml
Satuan
Harga Satuan
Biaya Pertahun
Total Rp
1
Rehab Kandang
1
Unit


20.000.000,-
2
Timbangan Sapi
1
Paket


21.000.000,-
3
Instalasi air :






-   Mesin Air
1

1.000.000,-

1.000.000,-

-   Pipa
35
Batang
20.000,-

700.000,-

-   Selang
3
roll
100.000,-

300.000,-
4
Bangunan pengolahan pupuk
1
Unit


5.000.000,-
5
Peralatan Kantor
1
Paket


2.000.000,-
Jumlah Investasi/Biaya Tetap
50.000.000;-
6
Bakalan Sapi
100
Ekor
5.050.000,-

505.000.000,-
7
Konsentrat dan hijauan/6 bulan
100
Ekor
4.767,-

85.806.000,-
9
Kesehatan
1
Paket


9.000.000,-
10
Pengolahan pupuk kandang 162 ton
1
Kg
394,-

63.828.000,-
11
Tenaga Kerja :






-   Manager
1 org
Bulan
1.800.000,-
21.600.000,-
21.600.000,-

-  Administrasi keuangan
1 org
Bulan
700.000,-
8.400.000,-
8.400.000,-

-  Penjaga malam
2 org
Bulan
400.000,-
9.600.000,-
9.600.000,-
Jumlah Biaya Variabel
703.234.000,-
JUMLAH TOTAL BIAYA
753.234.000,-








Dapat ditampilkan bahwa dengan teknik dan dukungan yang ada, perkiraan biaya produksi dapat diketengahkan pada tabel berikut :

Perkiraan biaya penggemukan sapi potong selama 180 Hari






1
PROSES PENGGEMUKAN SAPI POTONG




* Lama penggemukan 180 hari efektif






* Berat sapi awal penggemukan 200 kg






* Rencana kenaikan berat badan (ADG) rata-rata 0,70 kg per hari











2
PERHITUNGAN BERAT BADAN SETELAH PENGGEMUKAN





Berat awal penggemukan
200 kg





Susut dari port ke farm
2% X 200 kg
4 kg




Berat sapi masuk kandang
200 kg - 4 kg
196 kg




Kenaikan setelah penggemukan
180 hr. X 0,70 kg
126 kg




Berat setelah penggemukan
196 kg +126 kg.
322 kg




Berat rata-rata
(200+322)/2
261











Harga sapi bakalan
200 kg X @Rp. 25,000,-
Rp. 5,000,000




Biaya handling dll.
Rp. 50.000,--
Rp. 50,000




Harga sapi bakalan s/d kandang (Rp)
Rp. 5.000.000 + Rp. 50000,-
5,050,000.00




Harga sapi di kandang hidup per kg. (Rp)
Rp. 5.050.000,-/194 kg.
26,030.93










3
PENAMBAHAN BERAT BADAN/EKOR SELAMA 180 HARI





Waktu efektif untuk penggemukan sapi potong 180 hari dengan target





kenaikan berat badan (ADG) rata-rata 0,70 kg. per hari, sbb.:





* Masa penyesuaian di kandang (Kg)
30 hr. X 0,60 kg
18




*Penggemukan efektif (Kg)
150 hr. X 0,70 kg.
105




Jumlah penambahan berat badan 180 hr. (Kg)
18 kg + 120kg.
223










4
PERHITUNGAN KEBUTUHAN RANSUM PER EKOR PER HARI





Berat Kering (BK) (Kg)
2,5% X 260 kg.
6.53




TDN dibutuhkan (Kg)
70% X 6.53 kg
4.57


















5
KOMPOSISI PAKAN DIBUTUHKAN PER EKOR PER HARI










No.
Jenis Bahan
BK 6,53 kg
TDN Bahan %
TDN 4.57 kg.
BK Bahan %
Jumlah Bahan Kg.


1
2
3
4
5=3X4
6
7=3/6


a.
Rumput (pakan hijauan) 40% BK
2.61
51%
1.33
22.40%
11.65


b.
Singkong 10% BK
0.65
79%
0.51
32.30%
2.01


c.
Konsentrat 50% BK
3.27
84%
2.73
90.00%
2.94



Jumlah
6.53

4.57

16.6








6
HARGA SATUAN RANSUM (PAKAN) PER EKOR PER HARI





No.
Jenis Bahan
Jumlah                        (kg)
Harga Satuan( Rp)
Jumlah Harga (Rp)
Harga Rata-rata (Rp)


a.
Konsentrat
2.94
1000
2,940
2,675


b.
Rumput pakan hijauan
11.65
100
1,165
1,060


c.
Singkong 10%
2.01
400
804
732


d.
Air minum & garam
0.03  m3
1,200.00
36
33


e.
Starbio
0.05
9,000.00
450
410


f.
Premix/Mineral
0.02
6,000.00
120
108



Jumlah biaya ransum/ekor/hari


5,504
5018





























7
HARGA RANSUM RATA-RATA PER EKOR PER HARI





Ransum penyesuaian kandang (Rp)
30 hari, 70%XRp. 5.018,--
105,378



Ransum penggemukan (Rp)
150 hari, 100%XRp.5.018,--
752,700



Jumlah biaya ransum per 180 hari


858,078



Biaya ransum penggemukan per ekor per hari = Rp.858.078/180

4,767








8
BIAYA LAIN-LAIN PER EKOR PER HARI





a.
Biaya kesehatan hewan, obat-obatan, Dokter hewan dll.

500


b.
Biaya pemeliharaan per ekor per hari


1,000



Jumlah biaya pemeliharaan & kesehatan


1,500









9
ANALISA BIAYA PENUNJANG UNTUK 100 EKOR SAPI POTONG PER TAHUN

a.
BANGUNAN KANDANG






Rehabilitasi kandang anggota (Rp)
1 unit  kandang bersama

25,000,000



Timbangan hewan (Rp)
1 unit X Rp. 21,000,000,-

21,000,000



Peralaan bantu (Rp)
50 unit X Rp.40.000,-

  2,000,000



Instalasi listrik dan air (Rp)


  2,000,000






50,000,000


b.
PENYUSUTAN PER TAHUN






Kandang kelompok
10% X Rp.25.000.000,-
2,500,000



Peralatan timbangan
10% X Rp. 21,000,000,-
2,100,000



Peralatan bantu
50% X Rp.2,000,000,-
1,000,000



Instalasi listrik dan air
10% X Rp.2.000,000,-
200,000



Jumlah nilai penyusutan


5,800,000



Beban penyusutan per ekor per tahun
Rp. 5,800,000,-/90
64,444



Biaya penyusutan per ekor per hari
Rp. 64,444,--/365
176









10
PERHITUNGAN HARGA SAPI SETELAH PENGGEMUKAN 180 HARI PER EKOR

a.
Biaya ransum
180 hari X Rp. 4,767,-

858,060


b.
Biaya pemeliharaan
180 hari X Rp. 2100,-

378,000


c.
Biaya penyusutan
180 hari X Rp. 176,-

31,680



Biaya penggemukan per ekor
100 hari

1,267,740


d.
Harga sapi awal penggemukan
1 ekorXRp.5,050,000,-

5,050,000



Biaya sapi setelah penggemukan
Rp. 1,267,740,-+Rp.5,050,000,-
6,317,740


e.
Berat sapi setelah penggemukan (Kg)
196 kg. + 126 kg.

322



Harga pokok sapi setelah penggemukan
6,317,740/322

19,620



Harga jual setelah penggemukan
130%X Rp. 19,620,-

25,505



Dibulatkan


25,500


11
ANALISA PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI





MENJADI PUPUK KOMPOS (PUPUK ORGANIK)





Tenaga bongkar Limbah kotoran sapi
1 ton  X  Rp.50.000,-

50,000



Serbuk gergaji
50 kg. X Rp. 75,-

3,750



Abu sekam/kayu
100 kg. X Rp. 180,-

18,000



Kapur
30 kg. X Rp. 600,-

18,000



Stardec
2,50 kg. X Rp. 10.000,-
25,000



Karung plastik & Inner
25 zak X Rp. 3.000,-

150,000



Alat mesin jahit karung
1 losin X Rp. 3.000,-

3,000



Tenaga kerja pengolah
3 HOK X Rp. 15,000,-x2
90,000






357,750



Biaya tak terduga
10% X Rp. 357,750,-

35,775



Total biaya proses kompos


393,525


12
Biaya produksi pupuk per kg.
Rp. 393.525,-/1,000 kg.
394



Harga jual pupuk kompos per kg.


600



Keuntungan per kg. pupuk


206






























B.    POLA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN

Berdasarkan program kerja, Pengembangan Usaha Ternak Sapi akan dilaksanakan secepatnya setelah mendapatkan dana dari pihak pendana. Pertimbangan lain yang menjadi prioritas adalah mempercepat realisasi pengembangan usaha kelompok tani melalui proses pengadaan bibit sapi, penggemukan sapi dan prasarana pendukungnya. Dengan terealisasinya dana diharapkan kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru dapat mengembangkan usahanya untuk meningkatkan pendapatan organisasi kelompok ternak serta memenuhi kesejahteraan anggotanya.

C.    Konsep Kemitraan Terpadu

Pengembangan ternak sapi difasilistasi oleh pendamping kelompok tani Harapan Sejahtera-Siru beserta stakeholder terkait yang berhubungan dengan proyek ini, dalam merealisasikan operasionalnya di lapangan dengan menggunakan sistem kemitraan terpadu dengan anggota kelompok ternak dengan mengutamakan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kenaikan berat badan (ADG) sapi. Stakeholder terkait tersebut adalah :
a.         Kelompok Ternak
b.         Peternak sebagai anggota Kelompok Ternak
c.          Mitra kerja Kelompok ternak sejenisnya
d.         Pemerintah
e.         Perbankan
f.           Pedagang Sapi dan Pengusaha daging segar (RPH).

Pelaksanaan pola kemitraan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru adalah:
a.         Pemeliharaan sapi potong dilakukan secara kelompok
b.         Antar pedamping kelompok tani dan peternak memiliki kesamaan visi dan misi tujuan dalam mengembangkan usaha peternakan ini dan saling menguntungkan semua pihak.
c.          Dibuat perjanjian kerja sama antara kelompok ternak dan peternak yang akan memperoleh bantuan yang berorientasi bisnis yang dijadikan pedoman bersama.
d.         Koordinasi yang intensif dengan semua pihak yang berkaitan dengan proyek pengembangan usaha ternak sapi potong pada kelompok ternah Harapan Sehajtera-Siru.

Untuk pola kemitraan ini dapat berhasil dengan baik diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut:
·           Masing-masing pihak pelaku usaha, bertindak sesuai kewajiban dan hak masing-masing dan diatur dalam perjanjian kerjasama yang saling mengikat kedua belah pihak.
·           Pengelolaan usaha dilakukan secara profesional yang berorientasi pada effisiensi biaya dan optimalisasi usaha.
·           Skala usaha minimal bagi peternak 5 ekor/peternak.

D.    ASPEK PRODUKSI

Untuk mencapai tujuan kegiatan ini, maka pendamping kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru akan bekerja sama dengan anggota dalam pola kemitraan dengan menerapkan pola produksi ternak sapi potong secara intensif. Aspek produksi peternakan sapi potong yang hendak dibahas dalam bab ini terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut :
1.          Teknik penggemukan.
2.          Manajemen pakan.
3.          Pemilihan sapi bakalan.
4.          Umur penggemukan.
5.          Pemeliharaan kesehatan
6.          Keunggulan usaha penggemukan ternak sapi potong.

1.    Teknik penggemukan
v   Sistem Penggemukan
Penggemukan dengan sistem dry lot fattening merupakan salah satu cara yang mengutamakan pemberian pakan biji-bijian seperti konsentrat, bekatul, singkong, ampas bio dan sebagainya, sedangkan pakan hijauan diberikan dalam jumlah terbatas. Penggemukan dilaksanakan sapi berada di kandang terus menerus tidak digembalakan atau dipekerjakan diberi pakan sesuai ketentuan dan mudah dikontrol kondisi kesehatannya. Cara ini akan menghasilkan mutu daging yang berkualitas, biaya perawatan murah, karena 1 orang mampu merawat sapi + 20 ekor, dan selain effsisien juga ramah lingkungan.

v   Perkandangan
Dengan sistem dry lot fattening kandang dibuat untuk sapi secara kelompok. Setiap kelompok terdiri dari jumlah sapi + 4 – 6 ekor. Luasan kandang per ekor sapi memerlukan kandangan + 1,5 – 2 m2.

Konstruksi kandang dibuat permanen dengan lantai kandang diplester dengan posisi miring supaya kotoran, air kencing tidak bercampur dengan tanah dan mudah untuk dibersihkan. Agar kandang tidak becek maka alas kandang diberikan serbuk gergaji kayu, sehingga kotoran tidak menempel di badan sapi.
·            Kandang dibuat dengan ventilasi cukup, kandang di lengkapi tempat pakan kering, hijauan dan tempat air minum.
·            Kotoran sapi dibersihkan setiap 4 - 5 hari sekali, dan kotoran dikeluarkan ke tempat yang sudah disiapkan untuk langsung diproses menjadi pupuk kompos.
·            Kandang dibuat berdekatan dengan rumah peternak untuk memudahkan pengawasan, pemantauan kesehatan, tata laksana, keamanan khususnya di malam hari.


2.    Manajemen pakan
o   Penyediaan
Pakan dapat diambil dari alam (ngarit). Selain itu dengan melakukan penanaman dengan menggunakan teknologi Sistem Tiga Strata (3S) yaitu :
Strata I: dengan menanam rumput-rumputan ( Rumput Setaria, Rumput Raja, Rumput Gajah dan lain-lain, dan legume merambat/legume herba (Arachis, Centro, Clitoria dan lain lain). Digunakan untuk penyediaan pakan musim hujan (Desember – Mei).
Strata II : dengan menanam hijauan semak atau pohon kecil seperti Gamal, Lamtoro, Turi, Banten, Kelor dan lain-lain. Digunakan untuk pakan di musim pertengahan (Juni – September).
Strata III: dengan menanam hijauan pohon seperti Nangka, Waru, Beringin dan lain-lain. Digunakan pada puncak musim kemarau (Oktober-November).
Selain itu penyediaan pakan dapat memanfaatkan limbah pertanian (Jerami, berangkasan kulit kacang-kacangan dll), limbah industri (dedak padi, ampas tahu, bungkil kelapa dan lain-lain), serta melalui teknologi pengawetan dalam bentuk kering (Hay) dan bentuk segar (Silase).

Pakan penguat seperti dedak padi, ampas tahu dan jagung dapat diperoleh melalui penggilingan padi dan pabrik-pabrik tahu yang ada, atau dapat dibeli di pasar.
o   Kebutuhan
Kandungan Protein Kasar (PK) pada pakan untuk sapi yang digemukkan sekitar 10 % dari komposisi pakan, dan Energi sekitar 50% dari Bahan Kering pakan. Pakan sapi yang intensif adalah pemberian pakan penguat secara penuh. Setiap 45 kg berat sapi hidup diberikan pakan penguat 1 kg per hari. Kebutuhan pakan/ransum terdiri dari bahan kering (BK) dan energi yang dapat dicerna (TDN) dengan perhitungan sbb.:
·     Bahan kering (BK) sebanyak 2,50% X berat badan
·     TDN dibutuhkan 66% - 70% X bahan kering (BK).
Pakan tambahan berupa premix, mineral, vitamin, starch, masing-masing dengan dosis 0,5% - 1% dari berat pakan penguat sehingga dengan komposisi pakan tersebut diatas diharapkan mempu menaikkan berat badan sapi 100 kg – 150 kg dalam waktu 180 hari masa penggemukan atau sampai 6 bulan.
o   Pemberian
*    Macamnya (rumput- rumputan, daunan, kacang-kacangan, konsentrat, pakan tambahan/suplemen,probiotik )
*    Kandungan Protein pakan sekitar 10%, diperoleh dari Hijauan (Gamal,Rumput Gajah,dll), makanan Penguat seperti dedak,ampas tahu,dan lain-lain.
*    Jumlahnya (Hijauan minimal 10 – 15 % dari Berat Badan (BB) + Pakan penguat 1-2% BB + Pakan Tambahan/probiotik/UMB).
*    Pemberian pakan penguat/konsentrat (seperti Dedak padi, Ampas tahu, bungkil kelapa dan lain-lain) sekitar 1 – 2 % dari BB kg/ekor/hari
*    Pemberian pakan pelengkap 0,5-1% dari BB (probiotik, sumber mineral/Urea Molases Blok/Urea Mineral Molases Blok).
*    Frequensi pemberian, makin sering makin baik (2 – 3 kali sehari semalam). Hindari pemberian sekaligus karena akan banyak tersisa/terbuang.

3.    Pemilihan Sapi Bakalan
·           Sapi bakalan penggemukan dipilih yang mudah beradaptasi terhadap lingkungan kandang, sapi yang dipilih pada kondisi kurus dan sehat, jenis kelamin jantan dan tidak cacat.
·           Untuk pilihan jenis sapi lokal seperti Sapi Bali mudah di peroleh di peternak rakyat di daerah Manggarai Barat.
·           Keseragaman sapi: sapi yang dipelihara sebaiknya seragam untuk memudahkan tata laksana, faktor keseragaman harus menjadi pertimbangan dalam mempersiapkan bakalan sapi yang akan digemukkan.
·           Untuk mengetahui umur sapi dapat menggunakan pendekatan pergantian gigi :
o   Sapi yang memiliki gigi susu semua pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar 1 tahun
o   Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 1-1,5 tahun
o   Sapi yang memiliki gigi tetap dua pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 2-2,5 tahun
o   Sapi yang memiliki gigi tetap tiga pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 3-3,5 tahun
o   Sapi yang memiliki gigi tetap empat pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 4 tahun
o   Sapi yang memiliki gigi tetap sudah aus semua pada rahang bawah mempunyai usia diatas 4 tahun.

4.    Umur Penggemukan
Sapi umur < 1 tahun waktu penggemukan 8 – 12 bulan.
Sapi umur > 1 th – 2 th. Waktu penggemukan 6 – 7 bulan.
Sapi umur > 2 th. – 2,5 th waktu penggemukan 3 – 4 bulan.

5.    Pemeliharaan Kesehatan
o   Diduga bahwa hampir semua bibit/bakalan yang diperoleh dari peternak tradisional sudah terserang penyakit cacingan. Oleh karenanya pada awal penggemukan agar sapi bakalan diberikan obat cacing, kemudian diulang kembali setiap 3 – 4 bulan.
o   Pemberian vitamin setiap tiga bulan atau sesuai keperluan misalnya pada saat pergantian musim.
o   Kandang dibersihkan setiap hari, tidak becek, tidak ada genangan air.
o   Ternak dimandikan sambil badannya digosok-gosok.
o   Mencegah lebih baik daripada mengobati


6.    Keunggulan Usaha Penggemukan Sapi
o   Investasi untuk usaha penggemukan sapi potong dilaksanakan dengan waktu singkat.
o   Dengan sistem dry lot fattening memudahkan dalam monitor dan kontrol peternakan secara langsung. Sehingga dapat diketahui berapa jumlah dan keberadaan sapi dikandang maupun cara pemeliharaan sapi sesuai ketentuan yang telah disepakati.
o   Kontrol kesehatan sapi yang teratur serta pemenuhan standar kelayakan usaha peternakan dalam pengawasan team Pengendali Kelompok tani kerjasama dengan Dinas Peternakan, Kabupaten Manggarai Barat.

E.    ASPEK PEMASARAN

Usaha tani ternak sapi mempunyai peluang untuk memasarkan dua jenis produk:
1.         Ternak sapi gemuk yang berat badannya sudah mencapai 322 kg.
2.         Pupuk kompos, sebagai hasil tambahan.
Peluang pasar untuk ternak sapi cukup besar, karena permintaan ternak sapi sebenarnya melebihi jumlah ternak sapi yang siap jual dengan harga yang cukup tinggi. Walaupun harga jual sapi hidup siap potong tidak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga pokok penggemukan sapi, tetapi masih memberikan peluang kepada petani ternak sapi untuk memperoleh laba. Resiko kematian sapi di daerah Siru relatif kecil, yaitu sekitar 1%, karena petani ternak sapi di Siru ini sudah mempunyai keterampilan memelihara ternak sapi sejak jaman dulu. Disamping itu, peluang pasar untuk menjual pupuk kompos juga cukup tinggi. Sebagian besar penduduk Siru dan daerah sekitarnya adalah petani tanaman pangan, yaitu padi sawah, dan palawija, serta tanaman perkebunan yang sangat membutuhkan pupuk organik.
Dilihat dari segi permintaan dan penawaran ternak sapi, peluang pasar sapi untuk desa Siru dan kabupaten Manggarai Barat umumnya cukup tinggi. Dasamping tingkat konsumsi protein hewani asal daging sapi yang semakin tinggi, hadirnya hotel-hotel berbintang di Labuan Bajo-Komodo sebagai daerah pariwisata juga mengisyaratkan akan tingginya kebutuhan daging asal sapi untuk kebutuhan tamu-tamunya.
Ternak sapi dari desa Siru biasanya dibeli oleh para blantik yang datang ke rumah-rumah warga untuk menawar ternak mereka. Dari hal tersebut kita bisa melakukan kerjasama dengan para pedagang lama untuk memasarkan ternak sapi kelompok ternak dengan perjanjian yang saling menguntungkan. Biasanya para blantik tersebut menjual sapi kepada pembali yang lebih besar yang berasal dari Sulawesi Selatan dan Bima (NTB), pembeli tersebut mengambil ternak-ternak dari para blantik. Selain itu peternak juga bisa menjual sapinya ke pengusaha pemotongan sapi di Labuan Bajo, Ruteng, Borong serta daerah daratan flores lainnya. Dari penjelasan tersebut tampak bahwa peluang pasar ternak sapi dari para petani ternak cukup tinggi.
Dilihat dari segi harga pasar, peluang pasar ternak sapi potong juga tinggi. Harga per ekor ternak sapi potong bakalan (sapi yang berumur sekitar 1 – 2 tahun) rata-rata Rp. 5.000.000,- dengan berat rata-rata 200 kg. per ekor. Sedangkan harga per kg daging segar sapi potong, yaitu sapi dipotong setelah 180 hari masa penggemukan dengan berat sekitar 322 kg dan berat karkas 170 kg., adalah rata-rata Rp. 60.000,- per kg. Setelah dikurangi biaya penggemukan, maka setiap masa penggemukan peternak sapi potong dapat meraih laba sekitar 30 % lebih.

Peluang Pasar Pupuk Kompos

Sebagian besar penduduk di Desa Siru hidup dan bekerja dari bekerja di sektor pertanian. Hal ini sedikit banyak menunjukkan bahwa kebutuhan akan pupuk kompos cukup besar. Menurut data-data yang diolah, harga jual pupuk organik dari peternak sapi sekitar rata-rata Rp. 600,- per kg., sedangkan harga pokok produksi Rp. 394,- per kg. Setiap ekor sapi setiap hari dapat menghasilkan (diperkirakan/rata-rata) sekitar 60% X 15 kg. pupuk kompos. Jadi untuk 100 ekor sapi akan dapat dihasilkan 100 ekor X 180 hari X (60% X 15 kg.) = 162.000 kg. pupuk kompos.
Gabungan perkiraan penerimaan dan pengeluaran pendapatan usaha ternak sapi potong dan pupuk kompos, maka akan terlihat pada tabel berikut :

Perkiraan Pengeluaran dan Penerimaan Usaha Penggemukan Sapi Bali
dan Pupuk Kompos Selama Satu Periode Penggemukan (180 hari)






F.     PERKIRAAN LABA-RUGI

Dana bantuan yang diberikan oleh Pemerintah berupa 100 ekor ternak sapi potong akan di distribusikan kepada 20 anggota Kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru. Jadi setiap anggota diserahi 5 ekor ternak sapi potong untuk dipelihara. Atas dasar analisa yang dikemukakan dalam aspek Pemasaran dan Produksi, dapatlah dibuat perkiraan aliran kas dan rugi/laba usaha ternak sapi potong bantuan pemerintah kepada Kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru.
Dari data-data yang diperoleh dan diolah, diperkirakan bahwa dengan memelihara 5 ekor sapi potong, seorang peternak rata-rata akan memperoleh laba sebesar Rp. 1.145.493,- per bulan. Laba ini diperoleh dari penjualan 5 ekor sapi yang beratnya 322 kg. hidup, dengan harga berat hidup Rp. 25.000,- per kg. Disamping itu peternak juga berkesempatan menjual pupuk kompos 8 ton setiap 6 bulan, atau satu kali masa penggemukan. Rata-rata keuntungan yang diperoleh dari penjualan pupuk kompos adalah Rp. 278.100/,- per bulan.
Perkiraan laba/rugi dari usaha ternak sapi dapat ditampilkan dalam tabel berikut :



PERKIRAAN RUGI/LABA USAHA KELOMPOK
100 EKOR SAPI UNTUK 20 ORANG ANGGOTA DAN SEORANG ANGGOTA @ 5 EKOR
PER TAHUN, PER MASA PENGGEMUKAN, DAN PER BULAN


Dalam Pertelaan Rugi/Laba di atas Saldo Awal Laba dinyatakan = 0 (nol), karena laba tersebut langsung dikonsumsi oleh anggota. Asumsi-asumsi pembuatan Pertelaan Rugi/Laba di sampaikan pada bab-bab Pemasaran dan Produksi.



ANALISA KELAYAKAN DAN MANAJEMEN CASH FLOW
USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI


A.    ANALISA KELAYAKAN USAHA
Suatu jenis usaha dalam hal ini akan dinilai apakah pantas atau layak dilaksanakan didasarkan kepada beberapa kriteria tertentu yang ada.  Layak bagi suatu usaha  artinya  menguntungkan dari berbagai aspek yaitu kelayakan dari aspek pasar, ekonomi dan financial, teknis, budaya dan mentalitas, dan aspek yuridis.
v Aspek pasar
Dilihat dari segi permintaan dan penawaran ternak sapi, peluang pasar sapi untuk desa Siru dan kabupaten Manggarai Barat umumnya cukup tinggi. Dasamping tingkat konsumsi protein hewani asal daging sapi yang semakin tinggi, hadirnya hotel-hotel berbintang di Labuan Bajo-Komodo sebagai daerah pariwisata juga mengisyaratkan akan tingginya kebutuhan daging asal sapi untuk kebutuhan tamu-tamunya.
v Aspek teknis
Kemampuan peternak di desa Siru dalam memelihara ternak sapi dinilai cukup baik dengan pengalaman beternak yang sudaha turun temurun  dengan penguasaan teknologi yang potensial untuk diberdayakan. Ketersediaan teknologi penunjang usaha beternak mudah diperoleh melalui media informasi dan pelatihan teknis yang sering diberikan oleh pemerintah daerah, LSM maupun kelompok peternak maju.
v Aspek budaya dan mentalitas
Faktor adat dan kebiasaan yang telah lama berlaku di desa siru yakni budaya gotong royong, saling menghargai, motivasi petani yang cukup tinggi untuk lebih berkembang, serta memiliki etos kerja yang tinggi.
v Aspek yurudis
Dukungan UPTD Peternakan Kecamatan Lembor khususnya dan pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dalam membantu meningkatkan produktivitas usaha peternakan sangat baik, dengan intensifnya program penyuluhan, serta sangat menghendaki usaha beternak dengan intensif.
v Aspek ekonomi dan financial
Analisis kelayakan usaha penting dilakukan oleh kelompok ternak guna menghindari kerugian dan untuk pengembangan serta kelangsungan usaha. Secara finansial kelayakan usaha dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa indikator pendekatan atau alat analisis, seperti menggunakan Titik Pulang Pokok (Break Event Point/ BEP), Revenue-Cost ratio (R/C ratio), Benefit-Cost ratio (B/C ratio), Payback Period, Retur of Investment, dll.
Pada usaha skala kecil (mikro) disarankan paling tidak menggunakan BEP dan R/C ratio atau B/C ratio sebagai alat analisis kelayakan agribisnis. Berikut ini disajikan analisis financial usaha penggemukan sapi potong pada kelompok ternah Harapan Sejahtera-Siru :

Analisis Kelayakan Finansial pada Usaha Penggemukan Sapi 100 ekor selama 6 bulan periode Penggemukan


Dari analisis tabel diatas dapat disimpulkan bahwa usaha penggemukan sapi di kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru, layak secara financial dengan R/C = 1,27 (> 1), B/C = 1,27 (> 1).

B.    ALIRAN KAS

Arus kas akan menyediakan informasi selama periode penggemukan. Seperti satu bulan, satu musim tanam, satu tahun Aliran Kas ini disebut sebagai bayangan, karena dana kas yang sebenarnya dipegang oleh 20 anggota, bukan ada di kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru. Perbedaan antara aliran kas dengan rugi/laba adalah bahwa dalam pertelaan aliran kas, hanya penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan secara tunai saja yang direkam. Biaya penyusutan dan Biaya Resiko Kematian 1% tidak pasti keluar dari kantong (kasir). Oleh karena itu tidak terekam dalam pertelaan aliran kas. Pertelaan Aliran Kas Bayangan dimaksud dapat disampaikan pada tabel berikut :

Perkiraan aliran kas
Dari perkiraan arus kas tabel diatas dapat memberikan gambaran bahwa sisa kas yang diperoleh selama empat periode penggemukan (2 tahun) mencapai Rp. 1,071,765,800,-. Dengan demikian, adanya bantuan modal usaha melalui program Sarjana Membangun Desa ini sangat mampu memberikan kemandirian bagi kelompok untuk terus mengembangkan usahanya. Selain itu dengan bagian keuntungan yang diperoleh kelompok, sangat memungkinkan untuk lebih cepat bergulir ke anggota/kelompok lain sehingga program ini menjadi lebih tepat sasaran dan berkelanjutan.

www.dirmanbima.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar